PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menurut Hasan Shadily (1989), menyatakan bahwa sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai kehidupan dengan mencoba mengerti sifat dan maksud hidup bersama cara terbentuk dan tumbuh, serta berubahnya perserikatan-perserikatan hidup serta kepercayaan. Sedangkan menurut Ulrich Planck (terjemahan, 1990: 4
sosiologi pertanian membahas fenomena social dalam bidang ekonomi pertanian. Sosiologi pertanian sebenarnya sama dengan sosiologi pedesaan, tetapi hanya sejauh penduduk desa terutama hidup dari pertanian saja. Sosiologi pedesaan lebih mengarah pada konteks pemukiman sedang sosiologi pertanian lebih mengarah pada kontek sekonomi. Jadi sosiologi pertanian lebih mengarah pada pola hidup dan perubahan sosial yang terjadi dalam lingkup kehidupan petani yang berkaitan dengan kegiatan pertanian di kehidupan masyarakat, seperti pola komunikasi yang terjadi, struktur social yang dibentuk hingga kesejahteraan para petaninya. Sehingga sosiologi pertanian merupakan ilmu yang mempelajari tentang keterkaitan mata pencaharian petani yang menjadi kehidupan utama dengan pola interaksi yang ada didalamnya. Sebagaimana dijelaskan dapat disimpulkan sosiologi pertanian memusatkan hamper semua perhatiannya pada petani dan permasalahan hidup petani. Dalam sosiologi pertanian, system penguasalahan (yaitu pemilikan lahan dan organisasi pekerja) dan kondisi teknologi dan ekonomi.
Dalam sosiologi pertanian dipelajari lima aspek penting mengenai pola interaksi masyarakat petani yaitu, masyarakat petani di Indonesia, stratifikasi sosial, kepemilikan lahan, kelompok tani, dan pengolahan hasil pertanian. Kelima aspek tersebut berpengaruh penting dalam bercocok tanam dan juga berpengaruh dalam kesejahteraan petaninya. Luas suatu lahan pertanian yang dimiliki juga menjadi tingkat stratifikasi pada desa tersebut, yang lebih penting ialah hubungan antara struktur pertanian dan kondisi sosial yang ada pada masing-masing wilayah dan negara. Struktur sosial yang feodal, kapitalis dan sosialistik menghasilkan kondisi yang sangat berbeda dalam hal pemilikan lahan, system organisasi kerja dan bentuk pertanian. Dengan kata lain, struktur social membentuk kerangka bagi berkembangnya struktur pertanian. Maka dari itu kelima aspec tersebut menentukan kedudukan suatu desa.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana usaha tani di Dusun Sawahan, Desa Giripurno?
Bagaimana system kerjasama antara petani dengan tengkulak di Dusun Sawahan, Desa Giripurno?
Bagaimana proses pemasaran di Dusun Sawahan, Desa Giripurno?
1.3 Tujuan
Untuk mengidentifikasi dan latar belakang petani DesaSawahan.
Untuk mengetahui kepemilikan dan aset modal yang dimiliki petani.
Untuk mengetahui kegiatan usaha tani yang dilakukan petani Desa Sawahan.
1.4 Manfaat
Manfaat untuk pemerintah dapat dijadikan bahan referensi untuk melakukan pembenahan system pertanian di Dusun Sawahan, Desa Giripurno Kecamatan Bumiaji.
Manfaat untuk praktikan atau keseluruhan mahasiswa dapat mengetahui bagaimana usahatani yang dikelola di Dusun Sawahan, Desa Giripurno.
Manfaat untuk pembaca, diharapkan dapat mengetahui kondisi pertanian di Dusun Sawahan, Desa Giripurno melalui analisis dan proses identifikasi yang dilakukan penulis terhadap masyarakat petani di desa tersebut.
II .TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Interaksi dan Proses Sosial
Menurut Sitorus(1999), interaksi sosial adalah hubungan dinamis yang menyangkut hubungan antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok dalam bentuk kerja sama, persaingan, atau pertikaian. Sedangkan menurut Bonner(1955), interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu, ketika perilaku individu yang satu memengaruhi, mengubah, atau memperbaiki perilaku individu lain atau sebaliknya. Akan tetapi menurut Walgito(2003), interaksi sosial adalah hubungan individu satu dengan individu lain, individu yang satu dapat memengaruhi yang lain atau sebaliknya sehingga terdapat hubungan timbal-balik.
( sumbernya letakan di akhir kalimat) Pengertian proses sosial menurut Gilin dan Gilin(1954), yaitu cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila antar individu dan antar kelompok manusia saling bertemu dan menentukan suatu sistem. Sedangkan menurut Soemarjan dan Soemardi(1964), proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama. Akan tetapi menurut Ahmadi(1997), proses sosial adalah cara interaksi yang dapat diamati apabila perubahan-perubahan mengganggu cara hidup yang telah ada.
Individu dan masyarakat merupakan komponen dalam suatu interaksi dan proses sosial. Seorang individu hidup bermasyarakat karena kodratnya sebagai mahkluk sosial dan ingin membentuk suatu kekuatan kerjasama. Mayor Polak (1979) menjelaskan bahwa harapan (expectation) dan tujuan (goal) adalah dekat sekali dengan norma dam nilai, ada juga kemungkinan kita menyesuaikan diri kepada suatu norma dalam harapan bahwa orang lain akan pula menyesuaikan kelakuannya kepada kelakuan kita itu. Sedangkan tujuan sosial adalah adalah anggapan kolektif tentang apa yang patut dan pantas diinginkan dan diusahakan. 2.2 Aset dan Modal Pertanian
Menurut Carney (1999), Asset di bidang pertanian dalam meningkatkan sumber penghidupan masyarakat dengan penggunaan teknologi dan perkembangan pertanian. Dan terdapat 5 (lima) aset dalam sumber penghidupan yaitu:
1. Aset Manusia: keterampilan, pengetahuan, kemampuan untuk bekerja dan pentingnya kesehatan yang baik agar mampu menerapkan strategi-strategi dalam sumber penghidupan yang berbeda.
2. Aset Fisik: infrastruktur dasar (transportasi, perumahan, air, energi, dan alat-alat komunikasi) dan alat-alat produksi serta cara yang memampukan masyarakat untuk meningkatkan sumber penghidupannya.
3. Aset Sosial: sumber daya sosial (jaringan sosial, anggota kelompok, hubungan dan kepercayaan, akses yang luas terhadap institusi sosial) untuk dapat meningkatkan sumber penghidupan mereka.
4. Aset Finansial: sumber-sumber keuangan yang digunakan oleh masyarakat (seperti tabungan, pinjaman atau kredit, pengiriman uang, atau dana pensiun) untuk dapat memilih sumber penghidupan yang cocok bagi mereka.
5. Aset Natural: persediaan sumber-sumber alam (seperti tanah, air, biodiversifikasi, sumber-sumber yang berasal dari lingkungan dan dapat digunakan dalam sumber penghidupan masyarakat.
2.3 Kebudayaa
Koentjaraningrat(1990) memberikan definisi kebudayaan sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka memenuhi kehidupan masyarakat. Menurut Taylor(1924), kebudayaan adalah kompleks yang menyangkut pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, kemampuan, dan kebiasaaan lain yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Dewantara(1967), kebudayaan adalah buah budi manusia dalam hidup bermasyarakat.
Roucek dan Warren (1984) mengatakan bahwa kebudayaan itu bukan saja merupakan seni dalam hidup, tetapi juga benda-benda yang terdapat disekeliling manusia yang dibuat oleh manusia. Kebudayaan itu didalamnya terdapat segenap norma-norma sosial, norma itu mengandung kebiasaan hidup, adat-istiadat atau adat kebiasaan (folkways). Menurut Ferdinand Tonnies (dikutip dari Soerjono Soekanto, (1982), kebiasaan mempunyai tiga arti, yaitu:
Menunjuk pada suatu kenyataan yang bersifat obyektif.
Dalam arti bahwa kebiasaan tersebut dijadikan norma bagi seseorang, norma mana diciptakannya untuk dirinya sendiri.
Sebagai perwujudan kemauan atau keinginan seseorang untuk berbuat sesuatu.
2.4. Kelembagaan Petani
Kelembagaan dan Organisasi adalah berbeda, kelembagaan adalah sesuatu yang berada diatas petani, sedangkan organisasi berada dilevel petani, sebagaimana yang dianut kalangan ahli “ekonomi Kelembagaan”. Menurut North (2005) dalam Soekanto (2007), institution adalah the rule of the game, sedangkan organization adalah “their enterpreneurs are the players”. Pendapat ini diperkuat oleh Robin (2005) dalam soekanto (2007) yang berpendapat bahwa ”institution determine social organization”. Jadi kelembagaan merupakan wadah tempat-tempat organisasi hidup.
Upaya meningkatkan daya saing petani salah satunya adalah pengembangan kelembagaan pertanian, pemberdayaan, pemantapan dan peningkatan kemampuan kelompok-kelompok petani kecil. Kelompok adalah suatu unit sosial yang terdiri dari sejumlah individu yang satu dengan individu lainnya, mempunyai hubungan saling tergantung sesuai dengan status dan perannya, mempunyai norma yang mengatur tingkah laku anggota kelompok itu.
2.4 Kelembagaan Pertanian
Kelembagaan pertanian adalah norma atau kebiasaan yang terstruktur dan terpola serta dipraktekkan terus menerus untuk memenuhi kebutuhan anggota masyarakat yang terkait erat dengan penghidupan dari bidang pertanian di pedesaan(Nasrul,2012). Sedangkan menurut Suradisastra (2008) dalam kehidupan komunitas petani, posisi dan fungsi kelembagaan petani merupakan bagian pranata sosial yang memfasilitasi interaksi sosial atau social interplay dalam suatu komunitas. Kelembagaan pertani juga memiliki titik strategis (entry point) dalam menggerakkan sistem agribisnis di pedesaan. Untuk itu segala sumberdaya yang ada di pedesaan perlu diarahkan/diprioritaskan dalam rangka peningkatan profesionalisme dan posisi tawar petani (kelompok tani). Saat ini potret petani dan kelembagaan petani di Indonesia diakui masih belum sebagaimana yang diharapkan.
Kelembagaan petani dibentuk pada dasarnya mempunyai beberapa peran, yaitu: (a) tugas dalam organisasi (interorganizational task) untuk memediasi masyarakat dan negara, (b) tugas sumberdaya (resource tasks) mencakup mobilisasi sumberdaya lokal (tenaga kerja, modal, material, informasi) dan pengelolaannya dalam pencapaian tujuan masyarakat, (c) tugas pelayanan (service tasks) mungkin mencakup permintaan pelayanan yang menggambarkan tujuan pembangunan atau koordinasi permintaan masyarakat lokal, dan (d) tugas antar organisasi (extra-organizational task) memerlukan adanya permintaan lokal terhadap birokrasi atau organisasi luar masyarakat terhadap campur tangan oleh agen-agen luar (Esman dan Uphoff dalam Garkovich, 1989).
Keberadaan kelembagaan petani didasarkan atas kerjasama yang dapat dilakukan oleh petani dalam mengelola sumberdaya pertanian, antara lain: (a) pemprosesan (processing), agar lebih cepat, efisien dan murah; (b) pemasaran (marketing), akan meyakinkan pembeli atas kualitas dan meningkatkan posisi tawar petani; (c) pembelian (buying), agar mendapatkan harga lebih murah; (d) pemakaian alat-alat pertanian (machine sharing), akan menurunkan biaya atas pembelian alat tersebut; (e) kerjasama pelayanan (cooperative services), untuk menyediakan pelayanan untuk kepentingan bersama sehingga meningkatkan kesejahteraan anggota; (f) bank kerjasama (co-operative bank); (g) kerjasama usahatani (co-operative farming), akan diperoleh keuntungan lebih tinggi dan keseragaman produk yang dihasilkan; dan (h) kerjasa multitujuan (multi-purpose co-operatives), yang dikembangkan sesuai minat yang sama dari petani. Kegiatan bersama (group action atau cooperation) oleh para petani diyakini oleh Mosher (1991) sebagai faktor pelancar pembangunan pertanian. Aktivitas bersama sangat diperlukan apabila dengan kebersamaan tersebut akan lebih efektif dalam mencapai tujuan yang diinginkan bersama.
2.5 Perubahan Sosial
Menurut Davis(1960), proses sosial adalah perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Sementara itu, Gilin dan Gilin(1954) mengungkapkan bahwa perubahan sosial adalah perubahan dalam hubungan sosial atau perubahan terhadap keseimbangan hubungan sosial. Kemudian, Koening(1957), menyebutkan bahwa perubahan sosial adalah modifikasi yang terjadi dalam pola kehidupan manusia.
Ciri-ciri perubahan sosial antara lain:
Setiap masyarakat tidak akan berhenti berkembang karena mereka mengalami perubahan baik lambat maupun cepat.
Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan diikuti dengan perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya.
Perubahan sosial yang cepat dapat mengakibatkan terjadinya disorganisasi yang bersifat sementara sebagai proses penyesuaian diri.
Perubahan tidak dibatasi oleh bidang kebendaan atau bidang spiritual karena keduanya memiliki hubungan timbal balik yang kuat.
III. GAMBARAN UMUM
3.1 Letak Geografis
Kecamatan Bumiaji merupakan kecamatan di Kota Batu yang memiliki wilayah paling luas dibanding kecamatan lainnya. Dengan luas wilayah yang hampir mencapai 2/3 dari seluruh wilayah Kota Batu, yaitu sekitar 127.978 km² atau sekitar 64,28 persen dari total luas Kota Batu, oleh karena itu kecamatan ini memerlukan pengelolaan tersendiri karena wilayah ini merupakan wilayah tangkapan air yang tidak saja diperlukan oleh penduduk Kota Batu tetapi juga wilayah sekitar.Mengacu pada letak geografisnya, seluruh wilayah Kecamatan Bumiaji berada di daerah lereng dengan topografi sebagian besar berupa perbukitan. Kecamatan Bumiaji memiliki pemandangan alam yang sangat indah, sehingga banyak dijumpai tempat-tempat wisata yang mengandalkan keindahan alam pegunungan disertai wisata air terjun, kolam renang dan sebagainya. Kondisi topografi pegunungan dan perbukitan dan rata-rata ketinggian wilayah sekitar 1.062 m dari permukaan air laut menjadikan Kecamatan Bumiaji sebagai wilayah yang tertinggi dibandingkan 2 kecamatan lainnya. Batas wilayah Kecamatan Bumiaji di sebelah utara yaitu Kabupaten Mojokerto, sebelah selatan yaitu Kabupaten Malang dan Kecamatan Batu, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Malang Timur, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Malang dan Kecamatan Batu. (Badan Pusat Statistik, 2015)
3.2 Iklim
Terdapat tiga jenis iklim yang mempengaruhi iklim di Indonesia, yaitu iklim musim (muson), iklim tropica (iklim panas) dan iklim laut. Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh iklim, keadaan geografi dan perputaran atau pertemuan arus udara. Oleh karena itu jumlah curah hujan beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Pada tahun 2014, hari hujan yang terjadi di Kecamatan Bumiaji hampir setiap bulan dengan rata-rata curah hujan yang bervariasi. Rata-rata curah hujan per bulan yang tertinggi terjadi pada bulanDesember dan terendah pada bulan Agustus sebesar 14 mm3. Sedangkan hari hujan terbanyak pada bulan Januari yaitu sebanyak 28 hari hujan. Hari hujan terkecil terjadi pada bulan Agustus yaitu hanya 1 hari hujan. (Badan Pusat Statistik, 2015)
3.3 Kelompok Petani
Di Dusun Sawahan, Desa Giripurno, Kecamatan Bumi Aji, tempat kami melakukan kegiatan wawancara telah dibentuk kelompok tani, tetapi kelompok tersebut belum berjalan dengan semestinya, hal tersebut dikarenakan belum adanya subsidi biaya dari pemerintah, selain itu kelompok tani tersebut belum mendapatkan sertifikat resmi dari pemerintah. Kegiatan-kegiatan telah dilakukan, seperti kegiatan rapat yang telah dilakukan 3 kali, lama berdirinya kelompok tani tersebut sudah satu tahun setengah.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Wawancara sosiologi pertanian dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 1 Desember 2016 di Dusun Sawahan, Desa Giri Purno, Kecamatan Bumi Aji dengan narasumber bernama Untung Suwarno yang merupakan petani di desa tersebut. Adapun hasil wawancara akan dipaparkan pada bab ini.
4.1 Identitas Responden
4.1.1 Identitas Petani
Berikut ini adalah identitas petani yang telah penulis wawancarai :
Nama Responden (KK): Untung Suwarno
Alamat Tinggal: RT/RW: 26/04, Dusun:Sawahan, Desa:Giri Purno, Kecamatan:Bumi Aji, Kabupaten:Malang
Umur:49 tahun
Pendidikan terakhir:SMP
Agama:Islam
Mata Pencaharian:(a) Petani(b)Tukang
Petani sejak tahun:1980
Komoditas:tomat
Dari wawancara yang telah dilakukan, dengan narasumber yang bernama Bapak Untung Suwarno berumur 49 tahun dan pekerjaan utama sebagai petani sedangkan pekerjaan sampingan sebagai tukang, beliau beragama islam. Diketahui bahwa beliau bertempat tinggal di Dusun Sawahan RT 26/RW 04, Desa Giri Purno, Kecamatan Bumi Aji, Kabupaten Malang. Pendidikan terakhir pak Untung yaitu pada saat kelas 4 SD. Saat ini, Pak Sujani Tinggal bersama istrinya yang bernama Ibu Siti Rahayu berumur 44 tahun. Mereka memiliki 2 anak, yang pertama bernama Nova Amalia berumur 22 tahun yang pendidikan terakhirnya yaitu SMK dan kegiatan sehari-harinya sebagai ibu rumah tangga, yang kedua bernama Fiola Endah Sari yang berumur 16 tahun yang saat ini masih menduduki bangku SMA.
Pak Untung menjadi petani berawal dari sering membantu orang tuanya. Bermodalkan sawah warisan orang tua serta pengalaman belajar pertanian secara otodidak pada umur 18 tahun pak Untung sudah bisa mengolah tanah sendiri. Komoditas yang pertama kali pak Untung tanam adalah komoditas padi. Tetapi sejak tahun 90-an beliau mengganti komoditas padi dengan komoditas tomat karna harga tomat yang ekonomis. Selain harga tomat yang ekonomis perawatannya pun mudah dan terjangkau. Tomat tersebut dijual kepada pengepul yang bernama pak Boger yang notabene adalah sebagai pengepul di daerah Karang Ploso. Pak Untung membeli bibit tomat di toko pertanian dengan bermodalkan uang sendiri. Bibit tomat yang ditanam pak Untung adalah jenis Servo seharga 500 ribu untuk 2500 tanaman. Hasil panen dari tahun ke tahun tak menentu tetapi hasil panen rata-rata adalah 10 juta.
4.1.2 Identitas Tengkulak
a. Nama : Siswanto
b. Alamat Tinggal: RT/RW : 35/09, Dusun : Ngudi, Desa : Ketawang Argo, Kecamatan : Karangploso, Kabupaten : Malang
c. Umur : 35 Tahun
d. Pendidikan Terakhir : SD
e. Agama : Islam
f. Mata Pencaharian : (a)Utama: Tengkulak (b)Sampingan: Petani Sayur
Interpretasi:
Pada awalnya sebelum menjadi tengkulak, Pak Siswanto bermata pencaharian sebagai petani bersama ayah dari Pak Siswanto. Dan hasil panennya tersebut dijual sendiri oleh mereka ke pasar Porong dan Pak siswanto sering diajak ke Pasar Porong untuk memasarkan hasil panennya. Pada tahun 1997, usaha tani yang dibangun oleh Ayah dari Pak Siswanto mengalami kebangkrutan dan mendapat banyak kerugian. Oleh karena itu, Pak Siswanto mulai memutar otak untuk membangun suatu usaha yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Pak siswanto mulai berpikir untuk menjadi pengepul atau tengkulak hasil panen dari petani. Berawal dengan modal Rp 100.000, di tahun 1997 Pak Siswanto mulai menjalankan usaha pengepulannya dengan bekerja sama dengan temannya yang merupakan seorang petani. Dan hasil
4.2 Interaksi dan Proses Sosial
4.2.1. Interaksi Sosial
Di desa yang kami dan kelompok kami identifikasi atau kami amati yaitu Dusun Sawahan Desa Giripuno, kami mewawancarai sebuah keluarga petani dan juga keluarga pengepul dimana kami pada waktu tersebut mendapatkan banyak informasi-informasi menarik mengenai interaksi-interaksi antar petani dan proses bagaimana petani menggarap lahanya sekaligus interaksi dengan pengepul saat petani menjual hasil panennya. Pada saat kami mewawancarai petani beliau bercerita banyak mengenai proses-proses bertani sayuran khususnya komoditas yang beliau tanam yaitu komoditas tanaman tomat. Kemudian berlanjut mengenai interaksi-interaksi yang ada di Dusun Sawahan tersebut. Di Dusun Sawahan tersebut baru dibentuk kelompok tani dan itu belum berjalan sampai saat kami mewawancarai narasumber. Pada mulanya beliau bercerita tentang interaksi beliau dengan teangga-tetangga sekitar rumahnya yang mayoritas warganya berprofesi sebagai petani, beliau mengatakan warga disekitar rumahnya ramah-ramah mereka sopan dan juga sering bertegursapa jika sedang berpapasan. Kemudian beliau juga sering berinteraksi di lahan tempat bercocok tanam karena masyarakat disana jarang ada dirumah dan sebagian besar interaksi terjadi di lahan pertanian, maka dari itu interaksi beliau dengan warga sekitar sangat baik karena seringnya bertemu dan juga bersilaturahmi yang terus terjalin di Dusun Sawahan tersebut. Beliau juga bercerita mengenai interaksinya dengan para tengkulak. Beliau mengatakan bahwa tengkulak sering mendatangi rumahnya untuk sekedar bersillaturahmi sekaligus menanyakan tentang hasil garapan beliau. Tengkulak datang biasanya bertujuan untuk membeli hasil panen beliau yaitu komoditas tomat ujarnya. Dari pernyataan tersebut kami mengetahui bahwa interaksi beliau (petani) dengan pengepul berhubungan timbal balik yang baik. Jadi dapat saya simpulkan bahwa interaksi yang terjadi di Dusun Sawahan yaitu interaksi terjadi dimana petani dan petani lainnya saling berkomunikasi di lahan pertanian dan membahas mengenai pertanian yang mana di waktu tersebut terjadi hubungan timbal balik antara petani satu dengan petani lain, serta hubungan timbal balik antara petani dan pengepul ketika mereka berinteraksi berbicara mengenai harga jual hasil panen dan pemasarannya.
Interaksi adalah suatu tindakan yang terjadi ketika dua atau lebih individu mempengaruhi atau saling berinteraksi. Peryataan tersebut didukung oleh pengertian interaksi menurut Hormans yaitu suatu kejadian ketika aktivitas atau sentimen yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran (reward) atau hukuman (punishment) dengan menggunakan suatu aktivitas atau sentimen oleh individu lain yang menjadi pasangannya. Konsep pengertian interaksi yang dikemukakan oleh Hormans yaitu suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu interaksi merupakan suatu stimulus bagi tindakan individu lain yang menjadi pasangannya. (Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, 2010)
4.2.2 Proses Sosial
Beberapa hal yang menarik terjadi dari apa yang kami pelajari di Dusun Sawahan tersebut tentang proses social disana. Pak Untung selaku narasumber menceritakan mengenai proses social yang terjadi di Dusun Sawahan tersebut yaitu kerja sama yang terjalin antara beliau dengan pengepul, kerja sama tersebut ialah jual beli hasil panen yang beliau sepakati dengan pengepul dimana pengepul selalu mendatangi rumah beliau untuk sekedar bertanya-tanya mengenai garapannya dan biasanya pengepul langsung memesan hasil panenannya untuk dibeli oleh pengepul, ujarnya. Hal tersebut juga bisa disebut sebagai pranata sosial dimana terjadi suatu interaksi yang menarik antara petani dan pengepul yaitu mulculnya kepercayaan pada kedua belah pihak tentang pemasaran hasil panen dan juga penjualan oleh pengepul untuk petani. Maksudnya adalah pengepul membeli hasil panen petani namun tidak membayarnnya dahulu alias hutang kemudian hasil penjualan pengepul akan diberikan kepada petani setelah pengepulnya mengambil bagian miliknya dan hal tersebut sudah dianggap wajar di Dusun Leban karena menurut beliau hal seperti ini sering terjadi pada masyarakat disana karena warga disana ada umumnya berprofesi sebagai petani. Hal ini sangat menarik karena interaksi yang terjadi pada proses-proses sosial tersebut saling berhubungan dan hubungan tibal baliknya sangat kental dengan kebiasaan masyarakat setempat. Kerjasama antara petani dan pengepul yang terjadi pada Bapak Untung bisa disebut sebagi bagian dari proses sosial dan juga sekaligus pranata sosial. Karena dalam interaksi antar kedua belahpihak terjadi hal-hal menarik yang didalamnya mencakup semua proses-proses sosial dan didalam proses sosial tersebut juga mencakup pranata sosial karena kerjasama yang terjalin antara beliau dengan pengepul.
Mengenai hal-hal yang sudah kami paparkan tadi sangat sesui dengan teori bahwa, proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok social saling bertemu dan menentukansi stemserta bentuk bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadia pabila ada perubahan perubahan yang menyebab kan goyahnya pola-pola kehidupan yang telah ada. Proses sosial pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama. Mis.Pengaruh-mempengaruhi antara social dengan politik, politik dengan ekonomi, ekonomi dan hukum dan seterusnya. (Lia Aulia Fachrial, 2010)
4.3 Aset dan Modal Pertanian
Dalam pelaksanaan tugasnya, responden memiliki beberapa jenis modal antara lain modal finansial, modal sumber daya alam, modal sosial, dan modal tenaga kerja. Modal finansial meliputi modal yang berkaitan dengan keuangan. Modal sumber daya alam meliputi aset alam yang di miliki oleh reponden, seperti lahan, dll. Pada fieldtrip saat ini, responden memilliki lahan seluas 800 meter persegi. Modal lainnya yaitu sosial meliputi pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki oleh reponden. Ilmu pengetahuan yang didapatkan oleh responden terkait sector pertanian telah dipelajari sejak muda. Sumbernya dapat diperoleh dari GAPOKTAN dan juga informasi dari tetangga. Pengetahuan yang paling sering diperoleh oleh responden, merupakan hal yang terkait harga dan situasi di pasar. Ilmu pengetahuan membuat petani jauh lebih produktif. Selanjutnya ada modal tenaga kerja.
Pada wawancara terhadap responden, dapat diketahui bahwa system yang digunakan adalah dibayar harian. Pekerjaannya mencangkul sawah, dengan bayaran setengah harinya adalah tiga puluh ribu. Mayoritas tenaga yang dipekerjakan adalah laki-laki, meliputi kegiatan pebenihan, pemupukan, penyemprotan, dan pengangkutan. Sedangkan, pada kegiatan penanman dilakukan oleh perempuan. Seluruh tenaga kerja tersebut adalah satu dusun.
Menurut Sherraden (1991) aset adalah saham kekayaan dalam rumah tangga atau unit lainnya.
4.4 Kebudayaan Petani dan Tengkulak
Antara petani dan pengepul memiliki keterkaitan yang penting. Terkait penentuan harga, pengepul memiliki peran guna menentukan harga di pasar. Selain itu, penentuan harga juga ditentukan oleh kondisi pasar berdasarkan hasil tukar informasi dengan petani lain. Responden mengatakan bahwa harga termurah dari produknya sekitar 1500/kg dan 3000kg.
4.5 Kelembagaan dan Pranata Sosial
(sertakan literaturnya) Di Dusun Ngudi Desa Ketawang Argo Kecamatan Karang Ploso terdapat kelembagaan pertanian. Kelembagaan tersebut dipimpin oleh seorang ketua bernama Siarto. Responden pada pengamatan ini mengaku pernah aktif pada Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) setempat, meskipun sekarang tidak aktif karena merasa usia yang telah tua. Responden mengaku, dengan mengikuti GAPOKTAN banyak sekali manfaat yang akan diperoleh seperti pengalaman, informasi harga di pasar, dan subsidi dari pemerintah.
4.6 Perubahan Sosial
(sertakan literaturnya) Modernisasi terjadi hampir di seluruh lingkup kehidupan masyarakat. Pada pengamatan kali ini,modernisasi dapat ditemukan pada penerapan teknologi yang lebih maju. Seperti penggunaan bibit unggul, penggunaan pestisida dan pupuk kimia. Contohnya benih yang digunakan adalah Calenta (jagung) dan Super Bodi. Biasanya responden membutuhkan 50 buah benih untuk ditanam. Setiap bungkusnya berisi lima benih, sehingga tiap kali penanaman responden membutuhkan 10 bungkus benih. Benih tersebut diperolehnya dengan membeli di toko seharga Rp 75.000, 00/ pcs. Tidak ada masalah dari pembelian benih tersebut, karena benih yang dihasilkan optimal. Responden mengaku dari pembenihan tersebut dapat dihasilkan hasil panen 3,5 kwintal. Selanjutnya, alat dan bahan yang digunakan untuk pembenihan adalah cangkul dan obat tanah. Alat dan bahan tersebut diperolehnya dengan menyewa kepada orang seharga 90 ribu/petak.
Dari segi pemasaran, modernisasi mendukung terhadap meningkatnya pasar petani. Berdasarkan hasil dari responden, hasil panen dipasarkan di luar desa. Sekarang, informasi tentang harga pasar juga semakin mudah dijangkau melalui televisi. Informasi tentang harga pasar sangat penting dikuasai petani, karena responden juga menjual hasil panennya di pasar. Alasan memilih pasar karena terdapat permainan harga di sana. Dengan pemahaman yang cepat terhadap informasi harga di pasar, akan terjadi kemajuan ekonomi yang semakin efektif.
Dalam pelaksanaan proses pertanian, tentu membutuhkan peralatan dan modal guna mendukung kegiatan pertanian. Modal tersebut dapat berupa umum maupun milik responden prbadi. Fasilitas umum pada pengamatan dengan responden meliputi penggunaan truk, Penyaluran hasil panen membutuhkan transportasi agar sampai ke tangan pengepul. Namun, kendaraan responden yang hanya berupa sepeda dan motor, tidak dapat membantu dalam pelaksanaan proses tersebut. Oleh karena itu, pengepul memberikan layanan truck agar dapat digunakan petani untuk menyalurkan produknya. Kendaraan tersebut diperoleh petani dari pengepul secara gratis, karena telah termasuk anggaran yang disesuaikan dengan uang pokok yang diberikan kepada petani tiap per kilogram produknya.
DAFTAR PUSTAKA
Irman. 2016. Pengertian Sosiologi Menurut Para Ahli. (Online). Diakses tanggal 6 Desember 2016. Pada http://www.irmanfsp.com/2016/05/pengertian-sosiologi-menurut-para-ahli.html.
Budi, Yuli. 2015. Tugas Struktur dan Kebudayaan Pertanian. (Online). Diakses tanggal 6 Desember 2016. Pada http://yulibudi.web.unej.ac.id/2015/12/20/tugas-struktur-dan-kebudayaan-pertanian/
2015. Diakses tanggal 6 Desember 2016. Statistik Daerah Kecamatan Bumiaji 2015. (Online). Pada https://batukota.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Statistik-Daerah-Kecamatan-Bumiaji-2015.pdf
Latar Belakang
Menurut Hasan Shadily (1989), menyatakan bahwa sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai kehidupan dengan mencoba mengerti sifat dan maksud hidup bersama cara terbentuk dan tumbuh, serta berubahnya perserikatan-perserikatan hidup serta kepercayaan. Sedangkan menurut Ulrich Planck (terjemahan, 1990: 4
sosiologi pertanian membahas fenomena social dalam bidang ekonomi pertanian. Sosiologi pertanian sebenarnya sama dengan sosiologi pedesaan, tetapi hanya sejauh penduduk desa terutama hidup dari pertanian saja. Sosiologi pedesaan lebih mengarah pada konteks pemukiman sedang sosiologi pertanian lebih mengarah pada kontek sekonomi. Jadi sosiologi pertanian lebih mengarah pada pola hidup dan perubahan sosial yang terjadi dalam lingkup kehidupan petani yang berkaitan dengan kegiatan pertanian di kehidupan masyarakat, seperti pola komunikasi yang terjadi, struktur social yang dibentuk hingga kesejahteraan para petaninya. Sehingga sosiologi pertanian merupakan ilmu yang mempelajari tentang keterkaitan mata pencaharian petani yang menjadi kehidupan utama dengan pola interaksi yang ada didalamnya. Sebagaimana dijelaskan dapat disimpulkan sosiologi pertanian memusatkan hamper semua perhatiannya pada petani dan permasalahan hidup petani. Dalam sosiologi pertanian, system penguasalahan (yaitu pemilikan lahan dan organisasi pekerja) dan kondisi teknologi dan ekonomi.
Dalam sosiologi pertanian dipelajari lima aspek penting mengenai pola interaksi masyarakat petani yaitu, masyarakat petani di Indonesia, stratifikasi sosial, kepemilikan lahan, kelompok tani, dan pengolahan hasil pertanian. Kelima aspek tersebut berpengaruh penting dalam bercocok tanam dan juga berpengaruh dalam kesejahteraan petaninya. Luas suatu lahan pertanian yang dimiliki juga menjadi tingkat stratifikasi pada desa tersebut, yang lebih penting ialah hubungan antara struktur pertanian dan kondisi sosial yang ada pada masing-masing wilayah dan negara. Struktur sosial yang feodal, kapitalis dan sosialistik menghasilkan kondisi yang sangat berbeda dalam hal pemilikan lahan, system organisasi kerja dan bentuk pertanian. Dengan kata lain, struktur social membentuk kerangka bagi berkembangnya struktur pertanian. Maka dari itu kelima aspec tersebut menentukan kedudukan suatu desa.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana usaha tani di Dusun Sawahan, Desa Giripurno?
Bagaimana system kerjasama antara petani dengan tengkulak di Dusun Sawahan, Desa Giripurno?
Bagaimana proses pemasaran di Dusun Sawahan, Desa Giripurno?
1.3 Tujuan
Untuk mengidentifikasi dan latar belakang petani DesaSawahan.
Untuk mengetahui kepemilikan dan aset modal yang dimiliki petani.
Untuk mengetahui kegiatan usaha tani yang dilakukan petani Desa Sawahan.
1.4 Manfaat
Manfaat untuk pemerintah dapat dijadikan bahan referensi untuk melakukan pembenahan system pertanian di Dusun Sawahan, Desa Giripurno Kecamatan Bumiaji.
Manfaat untuk praktikan atau keseluruhan mahasiswa dapat mengetahui bagaimana usahatani yang dikelola di Dusun Sawahan, Desa Giripurno.
Manfaat untuk pembaca, diharapkan dapat mengetahui kondisi pertanian di Dusun Sawahan, Desa Giripurno melalui analisis dan proses identifikasi yang dilakukan penulis terhadap masyarakat petani di desa tersebut.
II .TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Interaksi dan Proses Sosial
Menurut Sitorus(1999), interaksi sosial adalah hubungan dinamis yang menyangkut hubungan antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok dalam bentuk kerja sama, persaingan, atau pertikaian. Sedangkan menurut Bonner(1955), interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu, ketika perilaku individu yang satu memengaruhi, mengubah, atau memperbaiki perilaku individu lain atau sebaliknya. Akan tetapi menurut Walgito(2003), interaksi sosial adalah hubungan individu satu dengan individu lain, individu yang satu dapat memengaruhi yang lain atau sebaliknya sehingga terdapat hubungan timbal-balik.
( sumbernya letakan di akhir kalimat) Pengertian proses sosial menurut Gilin dan Gilin(1954), yaitu cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila antar individu dan antar kelompok manusia saling bertemu dan menentukan suatu sistem. Sedangkan menurut Soemarjan dan Soemardi(1964), proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama. Akan tetapi menurut Ahmadi(1997), proses sosial adalah cara interaksi yang dapat diamati apabila perubahan-perubahan mengganggu cara hidup yang telah ada.
Individu dan masyarakat merupakan komponen dalam suatu interaksi dan proses sosial. Seorang individu hidup bermasyarakat karena kodratnya sebagai mahkluk sosial dan ingin membentuk suatu kekuatan kerjasama. Mayor Polak (1979) menjelaskan bahwa harapan (expectation) dan tujuan (goal) adalah dekat sekali dengan norma dam nilai, ada juga kemungkinan kita menyesuaikan diri kepada suatu norma dalam harapan bahwa orang lain akan pula menyesuaikan kelakuannya kepada kelakuan kita itu. Sedangkan tujuan sosial adalah adalah anggapan kolektif tentang apa yang patut dan pantas diinginkan dan diusahakan. 2.2 Aset dan Modal Pertanian
Menurut Carney (1999), Asset di bidang pertanian dalam meningkatkan sumber penghidupan masyarakat dengan penggunaan teknologi dan perkembangan pertanian. Dan terdapat 5 (lima) aset dalam sumber penghidupan yaitu:
1. Aset Manusia: keterampilan, pengetahuan, kemampuan untuk bekerja dan pentingnya kesehatan yang baik agar mampu menerapkan strategi-strategi dalam sumber penghidupan yang berbeda.
2. Aset Fisik: infrastruktur dasar (transportasi, perumahan, air, energi, dan alat-alat komunikasi) dan alat-alat produksi serta cara yang memampukan masyarakat untuk meningkatkan sumber penghidupannya.
3. Aset Sosial: sumber daya sosial (jaringan sosial, anggota kelompok, hubungan dan kepercayaan, akses yang luas terhadap institusi sosial) untuk dapat meningkatkan sumber penghidupan mereka.
4. Aset Finansial: sumber-sumber keuangan yang digunakan oleh masyarakat (seperti tabungan, pinjaman atau kredit, pengiriman uang, atau dana pensiun) untuk dapat memilih sumber penghidupan yang cocok bagi mereka.
5. Aset Natural: persediaan sumber-sumber alam (seperti tanah, air, biodiversifikasi, sumber-sumber yang berasal dari lingkungan dan dapat digunakan dalam sumber penghidupan masyarakat.
2.3 Kebudayaa
Koentjaraningrat(1990) memberikan definisi kebudayaan sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka memenuhi kehidupan masyarakat. Menurut Taylor(1924), kebudayaan adalah kompleks yang menyangkut pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, kemampuan, dan kebiasaaan lain yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Dewantara(1967), kebudayaan adalah buah budi manusia dalam hidup bermasyarakat.
Roucek dan Warren (1984) mengatakan bahwa kebudayaan itu bukan saja merupakan seni dalam hidup, tetapi juga benda-benda yang terdapat disekeliling manusia yang dibuat oleh manusia. Kebudayaan itu didalamnya terdapat segenap norma-norma sosial, norma itu mengandung kebiasaan hidup, adat-istiadat atau adat kebiasaan (folkways). Menurut Ferdinand Tonnies (dikutip dari Soerjono Soekanto, (1982), kebiasaan mempunyai tiga arti, yaitu:
Menunjuk pada suatu kenyataan yang bersifat obyektif.
Dalam arti bahwa kebiasaan tersebut dijadikan norma bagi seseorang, norma mana diciptakannya untuk dirinya sendiri.
Sebagai perwujudan kemauan atau keinginan seseorang untuk berbuat sesuatu.
2.4. Kelembagaan Petani
Kelembagaan dan Organisasi adalah berbeda, kelembagaan adalah sesuatu yang berada diatas petani, sedangkan organisasi berada dilevel petani, sebagaimana yang dianut kalangan ahli “ekonomi Kelembagaan”. Menurut North (2005) dalam Soekanto (2007), institution adalah the rule of the game, sedangkan organization adalah “their enterpreneurs are the players”. Pendapat ini diperkuat oleh Robin (2005) dalam soekanto (2007) yang berpendapat bahwa ”institution determine social organization”. Jadi kelembagaan merupakan wadah tempat-tempat organisasi hidup.
Upaya meningkatkan daya saing petani salah satunya adalah pengembangan kelembagaan pertanian, pemberdayaan, pemantapan dan peningkatan kemampuan kelompok-kelompok petani kecil. Kelompok adalah suatu unit sosial yang terdiri dari sejumlah individu yang satu dengan individu lainnya, mempunyai hubungan saling tergantung sesuai dengan status dan perannya, mempunyai norma yang mengatur tingkah laku anggota kelompok itu.
2.4 Kelembagaan Pertanian
Kelembagaan pertanian adalah norma atau kebiasaan yang terstruktur dan terpola serta dipraktekkan terus menerus untuk memenuhi kebutuhan anggota masyarakat yang terkait erat dengan penghidupan dari bidang pertanian di pedesaan(Nasrul,2012). Sedangkan menurut Suradisastra (2008) dalam kehidupan komunitas petani, posisi dan fungsi kelembagaan petani merupakan bagian pranata sosial yang memfasilitasi interaksi sosial atau social interplay dalam suatu komunitas. Kelembagaan pertani juga memiliki titik strategis (entry point) dalam menggerakkan sistem agribisnis di pedesaan. Untuk itu segala sumberdaya yang ada di pedesaan perlu diarahkan/diprioritaskan dalam rangka peningkatan profesionalisme dan posisi tawar petani (kelompok tani). Saat ini potret petani dan kelembagaan petani di Indonesia diakui masih belum sebagaimana yang diharapkan.
Kelembagaan petani dibentuk pada dasarnya mempunyai beberapa peran, yaitu: (a) tugas dalam organisasi (interorganizational task) untuk memediasi masyarakat dan negara, (b) tugas sumberdaya (resource tasks) mencakup mobilisasi sumberdaya lokal (tenaga kerja, modal, material, informasi) dan pengelolaannya dalam pencapaian tujuan masyarakat, (c) tugas pelayanan (service tasks) mungkin mencakup permintaan pelayanan yang menggambarkan tujuan pembangunan atau koordinasi permintaan masyarakat lokal, dan (d) tugas antar organisasi (extra-organizational task) memerlukan adanya permintaan lokal terhadap birokrasi atau organisasi luar masyarakat terhadap campur tangan oleh agen-agen luar (Esman dan Uphoff dalam Garkovich, 1989).
Keberadaan kelembagaan petani didasarkan atas kerjasama yang dapat dilakukan oleh petani dalam mengelola sumberdaya pertanian, antara lain: (a) pemprosesan (processing), agar lebih cepat, efisien dan murah; (b) pemasaran (marketing), akan meyakinkan pembeli atas kualitas dan meningkatkan posisi tawar petani; (c) pembelian (buying), agar mendapatkan harga lebih murah; (d) pemakaian alat-alat pertanian (machine sharing), akan menurunkan biaya atas pembelian alat tersebut; (e) kerjasama pelayanan (cooperative services), untuk menyediakan pelayanan untuk kepentingan bersama sehingga meningkatkan kesejahteraan anggota; (f) bank kerjasama (co-operative bank); (g) kerjasama usahatani (co-operative farming), akan diperoleh keuntungan lebih tinggi dan keseragaman produk yang dihasilkan; dan (h) kerjasa multitujuan (multi-purpose co-operatives), yang dikembangkan sesuai minat yang sama dari petani. Kegiatan bersama (group action atau cooperation) oleh para petani diyakini oleh Mosher (1991) sebagai faktor pelancar pembangunan pertanian. Aktivitas bersama sangat diperlukan apabila dengan kebersamaan tersebut akan lebih efektif dalam mencapai tujuan yang diinginkan bersama.
2.5 Perubahan Sosial
Menurut Davis(1960), proses sosial adalah perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Sementara itu, Gilin dan Gilin(1954) mengungkapkan bahwa perubahan sosial adalah perubahan dalam hubungan sosial atau perubahan terhadap keseimbangan hubungan sosial. Kemudian, Koening(1957), menyebutkan bahwa perubahan sosial adalah modifikasi yang terjadi dalam pola kehidupan manusia.
Ciri-ciri perubahan sosial antara lain:
Setiap masyarakat tidak akan berhenti berkembang karena mereka mengalami perubahan baik lambat maupun cepat.
Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan diikuti dengan perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya.
Perubahan sosial yang cepat dapat mengakibatkan terjadinya disorganisasi yang bersifat sementara sebagai proses penyesuaian diri.
Perubahan tidak dibatasi oleh bidang kebendaan atau bidang spiritual karena keduanya memiliki hubungan timbal balik yang kuat.
III. GAMBARAN UMUM
3.1 Letak Geografis
Kecamatan Bumiaji merupakan kecamatan di Kota Batu yang memiliki wilayah paling luas dibanding kecamatan lainnya. Dengan luas wilayah yang hampir mencapai 2/3 dari seluruh wilayah Kota Batu, yaitu sekitar 127.978 km² atau sekitar 64,28 persen dari total luas Kota Batu, oleh karena itu kecamatan ini memerlukan pengelolaan tersendiri karena wilayah ini merupakan wilayah tangkapan air yang tidak saja diperlukan oleh penduduk Kota Batu tetapi juga wilayah sekitar.Mengacu pada letak geografisnya, seluruh wilayah Kecamatan Bumiaji berada di daerah lereng dengan topografi sebagian besar berupa perbukitan. Kecamatan Bumiaji memiliki pemandangan alam yang sangat indah, sehingga banyak dijumpai tempat-tempat wisata yang mengandalkan keindahan alam pegunungan disertai wisata air terjun, kolam renang dan sebagainya. Kondisi topografi pegunungan dan perbukitan dan rata-rata ketinggian wilayah sekitar 1.062 m dari permukaan air laut menjadikan Kecamatan Bumiaji sebagai wilayah yang tertinggi dibandingkan 2 kecamatan lainnya. Batas wilayah Kecamatan Bumiaji di sebelah utara yaitu Kabupaten Mojokerto, sebelah selatan yaitu Kabupaten Malang dan Kecamatan Batu, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Malang Timur, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Malang dan Kecamatan Batu. (Badan Pusat Statistik, 2015)
3.2 Iklim
Terdapat tiga jenis iklim yang mempengaruhi iklim di Indonesia, yaitu iklim musim (muson), iklim tropica (iklim panas) dan iklim laut. Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh iklim, keadaan geografi dan perputaran atau pertemuan arus udara. Oleh karena itu jumlah curah hujan beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Pada tahun 2014, hari hujan yang terjadi di Kecamatan Bumiaji hampir setiap bulan dengan rata-rata curah hujan yang bervariasi. Rata-rata curah hujan per bulan yang tertinggi terjadi pada bulanDesember dan terendah pada bulan Agustus sebesar 14 mm3. Sedangkan hari hujan terbanyak pada bulan Januari yaitu sebanyak 28 hari hujan. Hari hujan terkecil terjadi pada bulan Agustus yaitu hanya 1 hari hujan. (Badan Pusat Statistik, 2015)
3.3 Kelompok Petani
Di Dusun Sawahan, Desa Giripurno, Kecamatan Bumi Aji, tempat kami melakukan kegiatan wawancara telah dibentuk kelompok tani, tetapi kelompok tersebut belum berjalan dengan semestinya, hal tersebut dikarenakan belum adanya subsidi biaya dari pemerintah, selain itu kelompok tani tersebut belum mendapatkan sertifikat resmi dari pemerintah. Kegiatan-kegiatan telah dilakukan, seperti kegiatan rapat yang telah dilakukan 3 kali, lama berdirinya kelompok tani tersebut sudah satu tahun setengah.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Wawancara sosiologi pertanian dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 1 Desember 2016 di Dusun Sawahan, Desa Giri Purno, Kecamatan Bumi Aji dengan narasumber bernama Untung Suwarno yang merupakan petani di desa tersebut. Adapun hasil wawancara akan dipaparkan pada bab ini.
4.1 Identitas Responden
4.1.1 Identitas Petani
Berikut ini adalah identitas petani yang telah penulis wawancarai :
Nama Responden (KK): Untung Suwarno
Alamat Tinggal: RT/RW: 26/04, Dusun:Sawahan, Desa:Giri Purno, Kecamatan:Bumi Aji, Kabupaten:Malang
Umur:49 tahun
Pendidikan terakhir:SMP
Agama:Islam
Mata Pencaharian:(a) Petani(b)Tukang
Petani sejak tahun:1980
Komoditas:tomat
Dari wawancara yang telah dilakukan, dengan narasumber yang bernama Bapak Untung Suwarno berumur 49 tahun dan pekerjaan utama sebagai petani sedangkan pekerjaan sampingan sebagai tukang, beliau beragama islam. Diketahui bahwa beliau bertempat tinggal di Dusun Sawahan RT 26/RW 04, Desa Giri Purno, Kecamatan Bumi Aji, Kabupaten Malang. Pendidikan terakhir pak Untung yaitu pada saat kelas 4 SD. Saat ini, Pak Sujani Tinggal bersama istrinya yang bernama Ibu Siti Rahayu berumur 44 tahun. Mereka memiliki 2 anak, yang pertama bernama Nova Amalia berumur 22 tahun yang pendidikan terakhirnya yaitu SMK dan kegiatan sehari-harinya sebagai ibu rumah tangga, yang kedua bernama Fiola Endah Sari yang berumur 16 tahun yang saat ini masih menduduki bangku SMA.
Pak Untung menjadi petani berawal dari sering membantu orang tuanya. Bermodalkan sawah warisan orang tua serta pengalaman belajar pertanian secara otodidak pada umur 18 tahun pak Untung sudah bisa mengolah tanah sendiri. Komoditas yang pertama kali pak Untung tanam adalah komoditas padi. Tetapi sejak tahun 90-an beliau mengganti komoditas padi dengan komoditas tomat karna harga tomat yang ekonomis. Selain harga tomat yang ekonomis perawatannya pun mudah dan terjangkau. Tomat tersebut dijual kepada pengepul yang bernama pak Boger yang notabene adalah sebagai pengepul di daerah Karang Ploso. Pak Untung membeli bibit tomat di toko pertanian dengan bermodalkan uang sendiri. Bibit tomat yang ditanam pak Untung adalah jenis Servo seharga 500 ribu untuk 2500 tanaman. Hasil panen dari tahun ke tahun tak menentu tetapi hasil panen rata-rata adalah 10 juta.
4.1.2 Identitas Tengkulak
a. Nama : Siswanto
b. Alamat Tinggal: RT/RW : 35/09, Dusun : Ngudi, Desa : Ketawang Argo, Kecamatan : Karangploso, Kabupaten : Malang
c. Umur : 35 Tahun
d. Pendidikan Terakhir : SD
e. Agama : Islam
f. Mata Pencaharian : (a)Utama: Tengkulak (b)Sampingan: Petani Sayur
Interpretasi:
Pada awalnya sebelum menjadi tengkulak, Pak Siswanto bermata pencaharian sebagai petani bersama ayah dari Pak Siswanto. Dan hasil panennya tersebut dijual sendiri oleh mereka ke pasar Porong dan Pak siswanto sering diajak ke Pasar Porong untuk memasarkan hasil panennya. Pada tahun 1997, usaha tani yang dibangun oleh Ayah dari Pak Siswanto mengalami kebangkrutan dan mendapat banyak kerugian. Oleh karena itu, Pak Siswanto mulai memutar otak untuk membangun suatu usaha yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Pak siswanto mulai berpikir untuk menjadi pengepul atau tengkulak hasil panen dari petani. Berawal dengan modal Rp 100.000, di tahun 1997 Pak Siswanto mulai menjalankan usaha pengepulannya dengan bekerja sama dengan temannya yang merupakan seorang petani. Dan hasil
4.2 Interaksi dan Proses Sosial
4.2.1. Interaksi Sosial
Di desa yang kami dan kelompok kami identifikasi atau kami amati yaitu Dusun Sawahan Desa Giripuno, kami mewawancarai sebuah keluarga petani dan juga keluarga pengepul dimana kami pada waktu tersebut mendapatkan banyak informasi-informasi menarik mengenai interaksi-interaksi antar petani dan proses bagaimana petani menggarap lahanya sekaligus interaksi dengan pengepul saat petani menjual hasil panennya. Pada saat kami mewawancarai petani beliau bercerita banyak mengenai proses-proses bertani sayuran khususnya komoditas yang beliau tanam yaitu komoditas tanaman tomat. Kemudian berlanjut mengenai interaksi-interaksi yang ada di Dusun Sawahan tersebut. Di Dusun Sawahan tersebut baru dibentuk kelompok tani dan itu belum berjalan sampai saat kami mewawancarai narasumber. Pada mulanya beliau bercerita tentang interaksi beliau dengan teangga-tetangga sekitar rumahnya yang mayoritas warganya berprofesi sebagai petani, beliau mengatakan warga disekitar rumahnya ramah-ramah mereka sopan dan juga sering bertegursapa jika sedang berpapasan. Kemudian beliau juga sering berinteraksi di lahan tempat bercocok tanam karena masyarakat disana jarang ada dirumah dan sebagian besar interaksi terjadi di lahan pertanian, maka dari itu interaksi beliau dengan warga sekitar sangat baik karena seringnya bertemu dan juga bersilaturahmi yang terus terjalin di Dusun Sawahan tersebut. Beliau juga bercerita mengenai interaksinya dengan para tengkulak. Beliau mengatakan bahwa tengkulak sering mendatangi rumahnya untuk sekedar bersillaturahmi sekaligus menanyakan tentang hasil garapan beliau. Tengkulak datang biasanya bertujuan untuk membeli hasil panen beliau yaitu komoditas tomat ujarnya. Dari pernyataan tersebut kami mengetahui bahwa interaksi beliau (petani) dengan pengepul berhubungan timbal balik yang baik. Jadi dapat saya simpulkan bahwa interaksi yang terjadi di Dusun Sawahan yaitu interaksi terjadi dimana petani dan petani lainnya saling berkomunikasi di lahan pertanian dan membahas mengenai pertanian yang mana di waktu tersebut terjadi hubungan timbal balik antara petani satu dengan petani lain, serta hubungan timbal balik antara petani dan pengepul ketika mereka berinteraksi berbicara mengenai harga jual hasil panen dan pemasarannya.
Interaksi adalah suatu tindakan yang terjadi ketika dua atau lebih individu mempengaruhi atau saling berinteraksi. Peryataan tersebut didukung oleh pengertian interaksi menurut Hormans yaitu suatu kejadian ketika aktivitas atau sentimen yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran (reward) atau hukuman (punishment) dengan menggunakan suatu aktivitas atau sentimen oleh individu lain yang menjadi pasangannya. Konsep pengertian interaksi yang dikemukakan oleh Hormans yaitu suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu interaksi merupakan suatu stimulus bagi tindakan individu lain yang menjadi pasangannya. (Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, 2010)
4.2.2 Proses Sosial
Beberapa hal yang menarik terjadi dari apa yang kami pelajari di Dusun Sawahan tersebut tentang proses social disana. Pak Untung selaku narasumber menceritakan mengenai proses social yang terjadi di Dusun Sawahan tersebut yaitu kerja sama yang terjalin antara beliau dengan pengepul, kerja sama tersebut ialah jual beli hasil panen yang beliau sepakati dengan pengepul dimana pengepul selalu mendatangi rumah beliau untuk sekedar bertanya-tanya mengenai garapannya dan biasanya pengepul langsung memesan hasil panenannya untuk dibeli oleh pengepul, ujarnya. Hal tersebut juga bisa disebut sebagai pranata sosial dimana terjadi suatu interaksi yang menarik antara petani dan pengepul yaitu mulculnya kepercayaan pada kedua belah pihak tentang pemasaran hasil panen dan juga penjualan oleh pengepul untuk petani. Maksudnya adalah pengepul membeli hasil panen petani namun tidak membayarnnya dahulu alias hutang kemudian hasil penjualan pengepul akan diberikan kepada petani setelah pengepulnya mengambil bagian miliknya dan hal tersebut sudah dianggap wajar di Dusun Leban karena menurut beliau hal seperti ini sering terjadi pada masyarakat disana karena warga disana ada umumnya berprofesi sebagai petani. Hal ini sangat menarik karena interaksi yang terjadi pada proses-proses sosial tersebut saling berhubungan dan hubungan tibal baliknya sangat kental dengan kebiasaan masyarakat setempat. Kerjasama antara petani dan pengepul yang terjadi pada Bapak Untung bisa disebut sebagi bagian dari proses sosial dan juga sekaligus pranata sosial. Karena dalam interaksi antar kedua belahpihak terjadi hal-hal menarik yang didalamnya mencakup semua proses-proses sosial dan didalam proses sosial tersebut juga mencakup pranata sosial karena kerjasama yang terjalin antara beliau dengan pengepul.
Mengenai hal-hal yang sudah kami paparkan tadi sangat sesui dengan teori bahwa, proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok social saling bertemu dan menentukansi stemserta bentuk bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadia pabila ada perubahan perubahan yang menyebab kan goyahnya pola-pola kehidupan yang telah ada. Proses sosial pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama. Mis.Pengaruh-mempengaruhi antara social dengan politik, politik dengan ekonomi, ekonomi dan hukum dan seterusnya. (Lia Aulia Fachrial, 2010)
4.3 Aset dan Modal Pertanian
Dalam pelaksanaan tugasnya, responden memiliki beberapa jenis modal antara lain modal finansial, modal sumber daya alam, modal sosial, dan modal tenaga kerja. Modal finansial meliputi modal yang berkaitan dengan keuangan. Modal sumber daya alam meliputi aset alam yang di miliki oleh reponden, seperti lahan, dll. Pada fieldtrip saat ini, responden memilliki lahan seluas 800 meter persegi. Modal lainnya yaitu sosial meliputi pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki oleh reponden. Ilmu pengetahuan yang didapatkan oleh responden terkait sector pertanian telah dipelajari sejak muda. Sumbernya dapat diperoleh dari GAPOKTAN dan juga informasi dari tetangga. Pengetahuan yang paling sering diperoleh oleh responden, merupakan hal yang terkait harga dan situasi di pasar. Ilmu pengetahuan membuat petani jauh lebih produktif. Selanjutnya ada modal tenaga kerja.
Pada wawancara terhadap responden, dapat diketahui bahwa system yang digunakan adalah dibayar harian. Pekerjaannya mencangkul sawah, dengan bayaran setengah harinya adalah tiga puluh ribu. Mayoritas tenaga yang dipekerjakan adalah laki-laki, meliputi kegiatan pebenihan, pemupukan, penyemprotan, dan pengangkutan. Sedangkan, pada kegiatan penanman dilakukan oleh perempuan. Seluruh tenaga kerja tersebut adalah satu dusun.
Menurut Sherraden (1991) aset adalah saham kekayaan dalam rumah tangga atau unit lainnya.
4.4 Kebudayaan Petani dan Tengkulak
Antara petani dan pengepul memiliki keterkaitan yang penting. Terkait penentuan harga, pengepul memiliki peran guna menentukan harga di pasar. Selain itu, penentuan harga juga ditentukan oleh kondisi pasar berdasarkan hasil tukar informasi dengan petani lain. Responden mengatakan bahwa harga termurah dari produknya sekitar 1500/kg dan 3000kg.
4.5 Kelembagaan dan Pranata Sosial
(sertakan literaturnya) Di Dusun Ngudi Desa Ketawang Argo Kecamatan Karang Ploso terdapat kelembagaan pertanian. Kelembagaan tersebut dipimpin oleh seorang ketua bernama Siarto. Responden pada pengamatan ini mengaku pernah aktif pada Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) setempat, meskipun sekarang tidak aktif karena merasa usia yang telah tua. Responden mengaku, dengan mengikuti GAPOKTAN banyak sekali manfaat yang akan diperoleh seperti pengalaman, informasi harga di pasar, dan subsidi dari pemerintah.
4.6 Perubahan Sosial
(sertakan literaturnya) Modernisasi terjadi hampir di seluruh lingkup kehidupan masyarakat. Pada pengamatan kali ini,modernisasi dapat ditemukan pada penerapan teknologi yang lebih maju. Seperti penggunaan bibit unggul, penggunaan pestisida dan pupuk kimia. Contohnya benih yang digunakan adalah Calenta (jagung) dan Super Bodi. Biasanya responden membutuhkan 50 buah benih untuk ditanam. Setiap bungkusnya berisi lima benih, sehingga tiap kali penanaman responden membutuhkan 10 bungkus benih. Benih tersebut diperolehnya dengan membeli di toko seharga Rp 75.000, 00/ pcs. Tidak ada masalah dari pembelian benih tersebut, karena benih yang dihasilkan optimal. Responden mengaku dari pembenihan tersebut dapat dihasilkan hasil panen 3,5 kwintal. Selanjutnya, alat dan bahan yang digunakan untuk pembenihan adalah cangkul dan obat tanah. Alat dan bahan tersebut diperolehnya dengan menyewa kepada orang seharga 90 ribu/petak.
Dari segi pemasaran, modernisasi mendukung terhadap meningkatnya pasar petani. Berdasarkan hasil dari responden, hasil panen dipasarkan di luar desa. Sekarang, informasi tentang harga pasar juga semakin mudah dijangkau melalui televisi. Informasi tentang harga pasar sangat penting dikuasai petani, karena responden juga menjual hasil panennya di pasar. Alasan memilih pasar karena terdapat permainan harga di sana. Dengan pemahaman yang cepat terhadap informasi harga di pasar, akan terjadi kemajuan ekonomi yang semakin efektif.
Dalam pelaksanaan proses pertanian, tentu membutuhkan peralatan dan modal guna mendukung kegiatan pertanian. Modal tersebut dapat berupa umum maupun milik responden prbadi. Fasilitas umum pada pengamatan dengan responden meliputi penggunaan truk, Penyaluran hasil panen membutuhkan transportasi agar sampai ke tangan pengepul. Namun, kendaraan responden yang hanya berupa sepeda dan motor, tidak dapat membantu dalam pelaksanaan proses tersebut. Oleh karena itu, pengepul memberikan layanan truck agar dapat digunakan petani untuk menyalurkan produknya. Kendaraan tersebut diperoleh petani dari pengepul secara gratis, karena telah termasuk anggaran yang disesuaikan dengan uang pokok yang diberikan kepada petani tiap per kilogram produknya.
DAFTAR PUSTAKA
Irman. 2016. Pengertian Sosiologi Menurut Para Ahli. (Online). Diakses tanggal 6 Desember 2016. Pada http://www.irmanfsp.com/2016/05/pengertian-sosiologi-menurut-para-ahli.html.
Budi, Yuli. 2015. Tugas Struktur dan Kebudayaan Pertanian. (Online). Diakses tanggal 6 Desember 2016. Pada http://yulibudi.web.unej.ac.id/2015/12/20/tugas-struktur-dan-kebudayaan-pertanian/
2015. Diakses tanggal 6 Desember 2016. Statistik Daerah Kecamatan Bumiaji 2015. (Online). Pada https://batukota.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Statistik-Daerah-Kecamatan-Bumiaji-2015.pdf
Komentar
Posting Komentar